“dan kamu mengenalkan aku pada banyak perasaan yang dulu sempat tak aku
percaya”
Kata orang cinta itu sesuatu yang megah. Namun terkadang
megahnya cinta tertutup oleh keadaan, dan kemudian kalah. Bukan keadaan jika
tak bisa membuat yang indah menjadi sebuah ketakutan.
Mengapa seringkali sebuah cinta tumbuh dikeadaan yang tidak
memungkinkan? Apakah sebuah cinta hanya butuh ketulusan? Akan tetapi, apakah
ketulusan saja cukup untuk bersama? Untuk bersama, kita juga butuh keadaan.
Aku memendam perasaan ini Karena keadaan. Apa yang tumbuh
dalam hati seiring aku sering memandang senyummu, melihat senyummu, melihat
tawamu, menatap binar matamu, dan semua itu harus aku pendam sendiri. Aku tak
ingin menjadikan keadaan sebagai rasa sakit. Kamu harus tau bahwa terkadang
melawan keadaan tak semudah yang pernah ada dalam mimpi.
Bagimu pertemanan ini memang hanyalah sebuah pertemanan
biasa. Memang aku tak bisa menyalahkan itu. Yang bisa aku lakukan hanyalah
menyalahkan diriku sendiri yang terus saja menyimpan rasa ini, padahal
kenyataan yang ada bahwa rasa ini bukan sesuatu yang berarti untuknya. Rasa itu
tak kunjung pergi, malah aku yang hamper menyerah untuknya. Aku tak sanggup
lagi dan aku rela jika memang semuanya harus berakhir disini. Aku berharap rasa
itu mati! Setidaknya jika harapanku terkabul, rasa itu mati dengan tenang,
karena aku sudah mengungkapkan semua padanya.
Cinta tak butuh alasan, yang cinta butuhkan adalah
ketulusan. Ketulusanlah yang mengundang kebahagiaan. Aku tidak meminta dirimu
untuk memaafkanku. Aku hanya meminta dirimu untuk memahamiku, dan kamu terlalu
berharga untukku hingga hal sepele dan tak logis pun bisa dijadikan sebagai alas
an cemburu.
Terkadang, kita memilih untuk memperjuangkan sesuatu yang
abu-abu daripada yang pasti dan benar-benar ada.
“sesungguhnya perpisahan adalah
bagian dari rencana Tuhan untuk membuat kita lebih dewasa lagi dalm bersikap
maupun bertindak”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar