Jumat, 15 Februari 2013

Keadaan dan Ketulusan



dan kamu mengenalkan aku pada banyak perasaan yang dulu sempat tak aku percaya”

Kata orang cinta itu sesuatu yang megah. Namun terkadang megahnya cinta tertutup oleh keadaan, dan kemudian kalah. Bukan keadaan jika tak bisa membuat yang indah menjadi sebuah ketakutan. 
Mengapa seringkali sebuah cinta tumbuh dikeadaan yang tidak memungkinkan? Apakah sebuah cinta hanya butuh ketulusan? Akan tetapi, apakah ketulusan saja cukup untuk bersama? Untuk bersama, kita juga butuh keadaan.

Aku memendam perasaan ini Karena keadaan. Apa yang tumbuh dalam hati seiring aku sering memandang senyummu, melihat senyummu, melihat tawamu, menatap binar matamu, dan semua itu harus aku pendam sendiri. Aku tak ingin menjadikan keadaan sebagai rasa sakit. Kamu harus tau bahwa terkadang melawan keadaan tak semudah yang pernah ada dalam mimpi.

Bagimu pertemanan ini memang hanyalah sebuah pertemanan biasa. Memang aku tak bisa menyalahkan itu. Yang bisa aku lakukan hanyalah menyalahkan diriku sendiri yang terus saja menyimpan rasa ini, padahal kenyataan yang ada bahwa rasa ini bukan sesuatu yang berarti untuknya. Rasa itu tak kunjung pergi, malah aku yang hamper menyerah untuknya. Aku tak sanggup lagi dan aku rela jika memang semuanya harus berakhir disini. Aku berharap rasa itu mati! Setidaknya jika harapanku terkabul, rasa itu mati dengan tenang, karena aku sudah mengungkapkan semua padanya.

Cinta tak butuh alasan, yang cinta butuhkan adalah ketulusan. Ketulusanlah yang mengundang kebahagiaan. Aku tidak meminta dirimu untuk memaafkanku. Aku hanya meminta dirimu untuk memahamiku, dan kamu terlalu berharga untukku hingga hal sepele dan tak logis pun bisa dijadikan sebagai alas an cemburu.
Terkadang, kita memilih untuk memperjuangkan sesuatu yang abu-abu daripada yang pasti dan benar-benar ada.

“sesungguhnya perpisahan adalah bagian dari rencana Tuhan untuk membuat kita lebih dewasa lagi dalm bersikap maupun bertindak”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar