Aku dan dia mungkin mempunyai kisah yang sama. Tentang
seseorang yang sangat aku cintai. Berkharisma dan sangat mengagumkan. Dan kau
alasanku.. hingga aku mencintaimu. Bulan demi bulan.. aku menantimu hingga
beberapa temanku menyebut diriku seseorang yang sangat bodoh karena menunggu
sesuatu yang tidak pasti.
Tapi kini apa? Dirimu pergi meninggalkanku seakan
kau tak mengerti perjuanganku selama ini. Tak menghargai seperti diriku yang
selalu menghargaimu. Tak mengertiku seperti diriku yang selalu mencoba mengerti
untuk tetap bertahan menunggu kepastian. Takkan ada alas an untuk membiarkanmu
pergi dan selalu ada alas an untuk mempertahankanmu.
Sudah jalan yang digariskan Tuhan, dan aku harus
menjalani semua ini. Begitu banyak kenangan yang aku lewati bersamamu, meskipun
sebenarnya aku ini bukan siapa-siapa untukmu.
Tidak terasa waktu telah memanggilku untuk pergi,
pergi untuk menggapai masa depan yang sudah menungguku. Ingin rasanya suatu
saat nanti aku bisa bertemu denganmu lagi. Kalau bisa beri tau aku sekarang
juga kapan kita bisa bertemu. Aku hanya ingin sekedar bertegur sapa saja secara
langsung, karena tegur sapa kita selama ini selalu kau anggap dingin. Boy, kita
mungkin tidak lagi selalu berhadapan dan bertatap penuh harapan, tapi
kenyataannya memang cintalah yang mengalahkan segalanya.
Niat baik tak selamanya dianggap baik. Perjuangan yang
aku lakukan selama ini tampaknya juga tak berarti apa-apa dimatamu. Tidak mudah
ketika semua masa dan kejadian mulai dari sedih hingga senang aku alami, dan
kemudian kau pergi begitu saja. Sedangkan hatiku masih tertahan pada dirimu. Aku
tidak bisa berkata banyak tentang semua kejadian yang aku alami selama ini. Aku
menulis ini semua berdasarkan apa yang aku alami, apa yang aku lihat, dan apa
yang aku rasakan yang pada akhirnya membuatku sadar bahwa yang dapat merubah
semua ini adalah kekuasaan Tuhan semata. Dan ada saatnya aku akan berhenti
berharap dan mengetahui segalanya karena memang kau tak pantas diperjuangkan
sedalam itu.
Rasanya mencintai diam-diam itu memang tak mampu
lagi digambarkan, ketika jemarimu tak bisa kugenggam karena kau menggenggam
jemarinya. Kalau aku bisa mengendalikan perasaanku kepadamu, mungkin sudah dari
dulu aku bisa melupakanmu. Pada akhirnya aku akan membiarkanmu pergi dan tak
lagi menahanmu untuk tetap disini dan suatu saat nanti aku akan berhenti
menangisimu seiring berjalannya waktu dan datangnya seseorang yang baru dalam
kehidupanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar