Sejak mengenalmu, aku memang merasa makin bodoh. Kamu membutakan
semua pandanganku tentang cinta. Aku mencintaimu dan aku tak tahu mengapa
senyummu yang manis itu selalu membuat aku merasa ingin selalu dekat denganmu,
meskipun sejak kemarin harusnya aku sadar bahwa kamu bukan tempat berlabuh yang
tepat.
Sebelas hari tanpamu akhirnya bisa aku lewati. Aku masih
mampu menjalani semuanya meskipun aku terus mengingatmu berkali-kali. Semua memang
tak mudah, setiap kali aku melihatmu mengganti display picture bbm atau
mengupdate sesuatu di social media, aku selalu mengingatmu dan tak jarang aku
pun merasa sakit hati. Aku mulai belajar ikhlas dan membangun semua dari awal
lagi, dan membiasakan diri untuk melangkah tanpa dirimu.
Bandung cukup menolongku, suasana di sana cukup membuatku
tenang. Mungkin, sampai sekarang kamu tak akan tahu bagaimana hancurnya aku,
bagimana aku berjuang mati-matian untuk ikhlas, dan mungkin kamu juga tak
peduli bagaimana kau mengobati lukaku sendirian. Tentu di sana, kamu sedang
berbahagia dengan wanita baru yang kini sedang mengisi hari-harimu. Pria
sepertimu tak akan pernah paham arti sakit hati yang sesungguhnya.
Maafkan kebodohanku karena pernah beberapa kali
menghubungimu. Dan telepon serta pesan singkatku memang tidak pernah kau pedulikan,
sesuai dengan perkiraanku. Ya hari itu, aku berpikir untuk segera menghapus
nomormu dan menghapus dirimu dari semua social mediaku, yang dalam artian
sesunggunya adalah memutuskan untuk melupakanmu.
Kamu tak akan pernah tahu sakitnya diabaikan ketika
sedang cinta-cintanya. Mungkin sosok pria cuek sepertimu hanya akan
memperjuangkan sesuatu yang memang menurutmu benar-benar pantas untuk
diperjuangkan. Kamu pikir aku tak pernah terluka karena sikapmu? Kamu salah
besar, lukaku sudah cukup dalam, dan luka ini mungkin akan mejadi karmamu nanti.
Kamu tinggal menunggu waktu, saat ada wanita lain memberimu perlakuan yang
sama, seperti kamu dengan mudahnya melakukan itu padaku.
Aku cukup berada di sini, tetap mendoakanmu dan menunggu,
siapa yang akhirnya lebih bahagia. Aku tahu balasan dari Tuhan akan jauh lebih
menyadarkanku dan menyadarkanmu kelak.
Empat bulan ini, kamu membuatku berpikir apakah ini
cinta. Dan mungkin ini juga salahku yang terlalu cepat menganggap semua ini
cinta. Sayang, mungkin suatu saat nanti kamu akan menyadari bahwa mengabaikanku
adalah kebodohan yang harusnya tak kamu lakukan.
Terima kasih
untuk empat bulan yang berkesan, menyenangkan, sekaligus menciptakan ketakutan. Terima
kasih pernah membuatku tertawa walau sesaat. Terima kasih untuk segala hal yang
bisa membuatku cukup bahagia.
Aku marah,
tidak mungkin jika manusia tidak marah jika diabaikan begitu saja. Tapi,
percayalah, aku akan selalu mengingatmu sebagai bahan pembelajaran bahwa aku
tak akan melakukan kesalahan yang sama. Patah hati kali ini tentunya akan
seperti patah hati yang lainnya, aku akan sembuh dengan sendirinya.
Sayang, jaga dirimu baik-baik. Aku akan tetap jadi orang
paling merindukan senyuman manis dan sikap cuekmu itu. Kita akan tetap menjadi
teman baik yang akan saling melupakan seiring berjalannya waktu. Pada akhirnya
aku paham, gadis sederhana sepertiku ini tak akan mampu memberikan kebahagiaan
untukmu.
Dari gadis sederhana
yang kau abaikan